Minggu, 04 Oktober 2009

Bahan mengajar sekolah minggu

Debora, Hakim Bangsa Israel

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Bacaan Alkitab: Hakim-hakim 4-5

Cerita Alkitab: Kita sudah pernah mendengarkan cerita mengenai keadaan bangsa Israel setelah masuk ke dalam tanah Kanaan. Bangsa Israel tetap taat kepada Tuhan selama Yosua, Kaleb, dan Eliezer masih hidup. Mereka percaya kepada Tuhan sebab mereka selalu melihat keajaiban kuasa-Nya yang luar biasa. Namun, ketika mereka meninggal, anak-anak mereka tumbuh tanpa mengenal Tuhan dan kuasa-Nya. Orang tua dan guru-guru mereka gagal mengajarkan keajaiban kuasa Tuhan yang terjadi sebelum mereka lahir.

Beberapa orang dewasa yang ada pun akhirnya melupakan hal-hal tersebut. Bukannya mematuhi perintah Tuhan yang mengharuskan mereka membersihkan orang-orang Kanaan yang menyembah berhala dan untuk menghancurkan altar-altar mereka, bangsa Israel malah ikut menyembah berhala pula.

Bangsa Israel harus belajar menghargai pertolongan dan berkat Tuhan dengan cara yang keras. Ketika mereka jatuh ke dalam dosa, Allah menggunakan penduduk sekitar untuk menghukum mereka. Allah pun tidak ikut berperang bersama mereka lagi, jadi musuh-musuh mereka dengan mudah mengalahkan bangsa Israel. Bangsa Israel pun menyerah dan kembali menjadi budak.

Tetapi Allah tidak pernah meninggalkan umat pilihan-Nya. Ketika mereka mengalami penderitaan yang semakin berat, mereka akan datang kepada Tuhan dan Ia akan memberikan hakim untuk mereka. Kali ini, kita akan berbicara mengenai seorang wanita yang bernama Debora. Ia menjadi hakim atas seluruh bangsa Israel.

Ketika Debora mengatakan kepada Barak untuk memimpin tentara umat Tuhan, Barak menolak untuk pergi sendirian. "Jika kau mau pergi bersamaku, aku akan pergi. Tetapi jika engkau tidak pergi bersamaku, aku tidak akan pergi." Barak takut menghadapi pasukan Raja Yabin. Mereka memiliki sembilan ratus kereta besi dan panglima perang yang sangat kuat bernama Sisera. Mungkin Barak bingung bagaimana bangsa Israel dapat melawan kereta-kereta besi tersebut dengan pedang.

Seharusnya Barak tidak perlu takut. Jika Tuhan memanggilnya untuk berperang, ia seharusnya tahu bahwa Tuhan selalu siap menyertai mereka.

Debora pun setuju untuk pergi bersama Barak, tetapi tidak akan ada kehormatan untuk Barak dalam peperangan tersebut. Bahkan, Tuhan akan membiarkan seorang perempuan membunuh Sisera.

Barak membawa sepuluh ribu pasukan menuju Gunung Tabor dan Debora pergi bersama mereka. Di Lembah Kison terlihat Sisera, dengan seluruh pasukan dan kereta besinya. Tanpa keraguan, Sisera berpikir bahwa dia akan mengalahkan bangsa Israel dengan cepat.

Ketika semuanya telah siap, Debora memberikan tanda, "Ayo, bersiap! Hari ini Tuhan telah menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah Tuhan telah maju di depanmu?" Kemudian Barak menuruni gunung, diikuti oleh tentara-tentaranya.

Ketika tentara Israel mendekati pasukan Sisera, Tuhan mengacaukan mereka sehingga tentara Israel dengan mudah mengalahkan tentara Sisera menggunakan pedang. Sisera melihat keadaan tersebut, dan dia melompat dari kereta besinya untuk melarikan diri. Dia berjalan menuju ke sebuah tenda, tempat tinggal seorang wanita yang bernama Yael dan suaminya, Heber.

Yael mengenali Sisera dan mempersilakan Sisera masuk ke dalam tendanya. Ketika Sisera tidur, Yael menancapkan patok kemah ke kepala Sisera sehingga ia pun mati. Sekarang, tidak ada lagi gangguan bagi bangsa Israel! Jadi, Allah memegang janji-Nya dengan memberikan kemenangan ke tangan seorang perempuan.

Debora pun menyayikan lagu yang berisi puji-pujian karena Tuhan memakai Yael yang membinasakan musuh umat-Nya. Dan selama 40 tahun lamanya, bangsa Israel dalam keadaan aman.

Bahan Diskusi:

1. Dalam ayat hafalan di bawah, Debora tidak bermaksud mengatakan bahwa tidak ada penduduk yang hidup di wilayah Israel. Bagaimana bisa penawanan mereka merampas segala "kehidupan"?

2. Diskusikan mengenai Debora sebagai seorang hakim. Mengapa Tuhan tidak menetapkan seorang pria untuk memimpin tentara-Nya? Siapa yang dapat memimpin umat Tuhan di gereja? Siapa yang menjadi kepala keluarga? Diskusikan mengenai bagaimana seorang wanita dapat melayani Tuhan tanpa harus menjadi pemimpin.

3. Diskusikan perbedaan peperangan yang dialami umat Tuhan hari ini dengan peperangan dalam Perjanjian Lama.

Ayat Hafalan: "Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel." (Hakim-hakim 5:7) (t/Davida)



Marilah Kita Setia Kepada Yesus

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Persiapan: Sebagai pusat perhatian, letakkan sebuah gambar Yesus yang besar pada meja di bagian depan ruangan. Hiasi bingkai gambar itu dengan kain yang berwarna cerah.

Nyanyian bersama: Pilih lagu-lagu rohani Kristen yang bertema kesetiaan.

Renungan: Beberapa saat yang lalu, kita merenungkan apa yang Yesus lakukan bagi kita di kayu salib dan bagaimana Dia bangkit kembali. Pagi ini kita akan merenungkan kesetiaan kita kepada Yesus.

Tidaklah baik untuk merasa malu akan teman-teman kita atau tidak menolong mereka terutama dalam hal seorang Teman seperti Yesus.

Salah seorang murid menjadi takut ketika dia mendengar bahwa Yesus akan disalib. Dia takut bahwa dia juga akan disalib. Karenanya, dia berkata, "Aku tidak kenal Yesus. Aku bukan teman-Nya." Kemudian dia memikirkan besarnya kasih Yesus kepadanya. Dia menyesal dan malu akan dirinya sendiri. Tahukah kalian siapa dia? (Petrus). Sejak saat itu, Petrus selalu setia pada Yesus. Dia tidak pernah takut dan malu untuk memihak kepada Yesus.

Seorang murid lainnya tidak setia kepada Yesus. Dia mengkhianati dan menjual Yesus kepada musuh-musuh-Nya seharga tiga puluh keping perak. Dalam Alkitab, tidak disebutkan dia pernah meminta pengampunan atas perbuatannya tersebut. Tahukah kalian, siapa dia? (Yudas).

Kebanyakan dari pengikut Yesus setia kepada-Nya. Yohanes, Yakobus, Paulus, Silas, Barnabas, dan Timotius adalah beberapa di antara mereka. Masih ada banyak yang lain. Mereka semua akan memakai mahkota kemuliaan surga.

Setia kepada Yesus berarti bahwa kita tidak boleh malu untuk memihak kepada-Nya. Kita harus datang ke sekolah minggu dan gereja dengan setia. Janganlah membiarkan sesuatu pun menghalangi kita untuk datang ke rumah Allah. Kita harus terus membaca Alkitab dan berdoa serta berusaha membawa orang untuk mengenal Yesus juga.

Doa penutup: Mintalah anak-anak memikirkan orang-orang yang telah setia kepada Yesus sepanjang masa. Doronglah mereka untuk memohon kepada Yesus semangat untuk selalu setia pada-Nya. Pimpin mereka dalam doa.

Diambil dan disesuaikan dari:



Si Rendah Hati dan Si Sombong

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Dengan menggunakan perumpamaan tentang si pemungut cukai dan orang Farisi, kegiatan ini akan menolong kita membedakan mana orang yang rendah hati dan tinggi hati atau sombong.

Bahan: Kertas kosong, pensil, dan spidol atau krayon.

Durasi: Kira-kira 20 menit.

Topik: Kesombongan, Pujian, Kerendahan Hati

Target umur: Anak-anak kelas 1 -- 6.

Persiapan: Tidak ada.

Yang akan Anda kerjakan selama pelajaran: Ajaklah anak-anak untuk menyimak Alkitab mereka ketika Anda membaca perumpamaan tentang si pemungut cukai dan orang Farisi dalam Lukas 18:10-14. Mintalah anak- anak untuk mengulang cerita itu kembali ketika mereka membuat satu gambar untuk menunjukkan perbedaan dua orang itu. Berikan waktu 10 menit untuk menyelesaikan gambar mereka. Lalu, mintalah masing-masing anak memberikan gambarnya kepada teman yang berada di sebelah kanannya. Selanjutnya mintalah mereka masing-masing menceritakan kepada murid-murid lain tentang apa yang mereka suka (hal baik) dari gambar yang mereka pegang.

Perumpamaan tentang Si Pemungut Cukai dan Orang Farisi

"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: 'Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.' Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: 'Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.'" (Lukas 18:10-14)

Pertanyaan tambahan:

Apakah kamu mendapati satu anak yang lebih mudah menggambar daripada anak yang lain, jika demikian anak yang mana dan mengapa?

Bagaimana perasaanmu ketika teman sekelasmu menceritakan apa yang mereka suka dari gambaranmu?

Apakah ada gambar yang kamu rasa tidak sebagus gambaranmu? Bagaimana perasaanmu karenanya?

Jika kamu harus memilih menjadi salah seorang yang ada di dalam gambar itu, yang mana yang akan kamu pilih? Mengapa kamu memilih orang itu?

Dari manakah kemampuan kita untuk bisa menggambar dengan baik berasal?

Saat kita menyombongkan apa yang kita punya, atau merendahkan seseorang yang kurang beruntung, kita mengatakan kepada Tuhan bahwa Dia tidak penting dan kita pikir kita bisa melakukan segala sesuatu dengan kekuatan kita. Ini benar-benar salah besar. Segala hal yang baik berasal dari Allah, kita sendiri tidak memiliki apa-apa. Oleh karena itu, kita harus hidup dengan rendah hati di hadapan Allah dan mengakui bahwa tanpa Dia, kita pasti tidak bisa berbuat apa-apa. Agar tidak menjadi sombong, kita harus mengakui dan bersyukur kepada-Nya untuk semua yang telah Ia berikan kepada kita. Saat kita melakukannya, Allah akan meninggikan kita dan ingatlah bahwa Allah mengetahui apa yang berada di dalam hati kita. (t/Setya)


Allah Memelihara Kita

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Persiapan: Siapkan seikat bunga, seikat rumput kering, dan seekor burung (boleh yang sesungguhnya atau mainan).

Renungan: Suatu sore pada musim semi, Yesus duduk di lereng bukit dan mengajar orang banyak yang datang kepada-Nya. Pada waktu itu, Dia mengajarkan banyak perkara yang masih berlaku sampai saat ini. Mungkin salah satu kebenaran indah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus pada waktu itu ialah bahwa Allah memelihara anak-anak-Nya.

Saya dapat membayangkan bahawa pada waktu itu Dia duduk di atas batu yang besar dan dikerumuni oleh orang banyak yang datang dari desa-desa sekitarnya. Mereka yang datang itu bukan orang-orang yang kaya. Mereka itu orang yang miskin, yang setiap hari bekerja keras untuk mendapatkan pakaian dan makanan yang secukupnya.

Waktu itu Tuhan Yesus memandang mereka dan berkata, "Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan. Pandanglah burung-burung di langit." (Perlihatkan burung itu.) "Mereka tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga." Tak ada seekor burung pun yang menabur atau menuai. Burung tidak memunyai lumbung atau gudang untuk menyimpan makanannya pada musim dingin. Burung yang kecil itu hanya percaya kepada Allah atas makanannya tiap hari. Tuhan Yesus berkata, "Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?"

Kemudian Tuhan Yesus berbicara tentang hal pakaian. Dia berkata, "Perhatikanlah bunga-bunga liar yang tumbuh di padang." (Perlihatkan bunga itu.) Saya pikir waktu itu Tuhan Yesus menunjuk ke padang yang penuh dengan bunga. "Bunga tidak bekerja dan tidak memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak pernah berpakaian seindah bunga-bunga itu."

Tuhan Yesus masih belum selesai berkata-kata. "Benar, Allah mendandani rumput dan bunga di padang. Hari ini rumput dan bunga itu ada dan besok dibuang ke dalam api." Tuhan Yesus tahu persis bahwa orang-orang miskin itu mencari rumput kering dan mengikatnya menjadi berkas-berkas untuk digunakannya sebagai bahan bakar, karena tidak ada kayu. (Perlihatkanlah seikat rumput kering.) "Jadi, jika demikian Allah mendandani rumput dan bunga itu, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani dan memelihara kamu?"

Kemudian hari, Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka, "Burung pipit tidak berharga, namun seekor pun daripadanya tidak akan jatuh mati tanpa setahu Allah. Bahkan, rambut kepalamu pun terhitung semuanya." Allah tahu berapa banyak rambut di kepalamu.

Oleh sebab itu, janganlah kamu berpikir bahwa Allah tidak mengetahui keadaanmu. Dia tahu di mana kamu ada. Dia mengetahui perbuatan dan pikiranmu. Dia tahu apa yang kamu butuhkan sebelum kamu memintanya. Dia memelihara kalian.




http://www.asiakita.com/joko.k
joko kristianto
http://www.asiakita.com/joko.k

Tidak ada komentar:

Posting Komentar